Blurb:

          Duduk di tempat biasa ibunya duduk di masa lalu, seolah-olah ada harum tubuh ibunya menemani. Album tua di tangannya memberi cara pandang berbeda dalam melihat semua masalah yang dulu dianggapnya tak adil. Hal itulah yang memelintir hatinya. Penyesalan yang amat terlambat untuk dimintakan maaf.
          Belasan tahun yang lalu dia nekad pergi dari rumah hangat itu dalam kemarahan. Salah paham terhadap sikap ibunya yang tak meluluskan permintaannya akan kendaraan bermotor telah membutakan mata batinnya, saat itu.
          “Ibu memang pilih kasih! Selalu tentang Mbak! Mbak lagi! Mbak lagi!”