Blurb:

          Untuk Dea
          Aku pulang, De, bersama sedikit gubahan yang aku tulis di bawah morat-marit kota ini. Harapku, De, gubahan ini sedang ada di genggamanmu. Bacalah dengan rasa rindu yang siap mencabik-cabik sukmamu. Menjeritlah, menangis, meraung sampai hatimu bisa kembali lega, kemudian bersiaplah untuk bangkit menata hidup yang baru … tentunya tanpaku.
          Satu hal yang harus kau pahami, dewiku. Aku pergi tanpa penyesalan. Justru aku sedang bahagia sekarang membayang-kan gerbang surga telah menganga menyambutku sebab aku telah menunjukkan kepada dunia betapa mengerikannya genosida. Pelukku untukmu dan Aska dari heningnya keabadian di rumah baruku.
          Dea menggenggam secarik kertas yang teramat sangat dia kenali polanya. Dadanya terbakar dan sesak, terasa ada yang siap meledak. Napasnya berderu-deru, paru-parunya bekerja keras untuk kembali menyadarkan Dea agar tidak kehilangan kesadaran seperti orang-orang yang berada di ruangan yang sama dengannya saat ini.