Blurb:

          Aku juga benci Ibu ketika mengabaikan semuanya. Ibu selalu mengabaikan Paman tanpa berkata apa-apa. Permintaan maaf dan terima kasih pun tidak pernah Ibu lontarkan. Selalu diam dan menunduk. Bahkan saat aku menanyakan segala hal tentang hidupnya, ia mengabaikanku. Perihal pekerjaan pun hanya sekali, itu pun saat majikan Ibu bangkrut. Namun, aku tidak mengerti mengapa Ibu masih bekerja di sana setelah mengatakan itu.
          Meskipun rasa ini menjadi konsekuensi yang harus kudapatkan, aku tenggelam dalam perasaan ini. Apa Ibu akan selalu begitu? Jangan lagi memohon-mohon kepada Tuhan, Bu. Itu menyiksaku, umpatku dalam hati.
          Aku memutuskan pergi ke taman itu lagi. Sambil menoleh ke sana kemari, tidak menemukan siapa yang kucari. Mustahil masih di sini, lagi pula malam sudah menampakkan diri sejak lama. Kembali kuhampiri bangku yang kerap selalu kujadikan sandaran. Kuangkat kedua kakiku, memeluk diri erat-erat sambil menundukkan kepala. Air mataku jatuh, rengekku bersiul.