Blurb:

          Ayah seorang railfans*. Ia pernah bercerita bahwa dulu ingin mengikuti jejak ayahnya sebagai masinis. Namun, hingga dua kali ikut tes, Ayah tidak pernah lulus.
          “Apakah Ayah sedih?” tanyaku iba, seolah turut merasakan patah hati.
          Ayah tersenyum. “Sedih itu wajar. Semua orang pasti pernah merasakannya. Tapi jangan lama-lama. Secukupnya saja. Ayah tidak lulus karena Tuhan tahu jalan terbaik untuk Ayah. Lebih dari itu, Ayah bertemu ibumu setelah tiga tahun jadi anggota SAR. Menikah, lalu lahirlah kamu! Aiko, putri satu-satunya Ayah yang paling cantik!”
          Aku tertawa gembira tatkala Ayah mengangkat tubuh mungilku dan mendudukkanku di pundak gagahnya. Tak jauh dari kami, pemilik warung dan pengunjung lain memandang sambil tersenyum. Di mana pun berada, aku terbiasa dipandang sebagai boneka lucu. Kecil, berkulit putih bersih, dan berwajah Jepang.

          *Sebutan bagi penggila kereta api