Blurb:

          Sejauh mata memandang, di bawah langit tanpa bias cahaya bulan, tampak pohon kelapa dan cemara laut kusut masai terhantam badai nyaris tercabut dari akarnya.
          Kupandangi awan gelap dengan penuh gairah. Kupenuhi paru-paru dengan udara dingin bergaram yang pekat, lalu dengan satu entakkan kuat, aku melesat, terbang tinggi menembus tirai badai menuju petir dan kilat. Tidak ada satu rasa pun yang mampu menandingi, menari dalam amukan badai tanpa harus takut tersambar pun terhempas guntur yang menggelegar.
          Aku sang penakluk badai, membawa pulang sepotong kilat yang terus menyambar dan menyala dalam botol kaca, untuk kupersembahkan kepada Papa dan Mama. Aku, jantung hati mereka, selalu membuat mereka bangga. Keindahan bagiku adalah cinta mereka yang membumbung dan meluap memenuhi seisi rumah.