Blurb:

          Awan abu-abu menggantung di langit. Angin dingin mulai bertiup, berdansa dengan tirai-tirai transparan di jendela kamarku. Kubuka pintu menuju balkon. Seulas senyum tersungging di bibir-ku. Entah sejak kapan hujan memberikan kebahagiaan sebesar ini padaku. Aku berjalan menuju dapur. Membuat dua gelas cokelat hangat, lalu kubawa ke balkon. Kuletakkan di atas meja yang diapit dua kursi kayu berwarna putih. Satu untukku, satu lagi kuletakkan di sisi lainnya.
          Hal terbaik dari menanti hujan bukanlah petrikor. Bagiku lebih kompleks dari itu. Aroma tanah basah, rerumputan, aroma pepohonan, gemeresak dedaunan, angin dingin yang berhembus, dan sedikit aroma musky. Anehnya, aroma Rain tepat seperti itu. Hanya saja lebih lembut. Aroma tubuhnya sama persis dengan aroma hujan. Bahkan lebih indah dari itu.