Blurb:

          Ia mengangkat muka. “Kakak siapa? Kenapa tahu namaku?” tanyanya panik.
          “Tenanglah! Aku tidak akan menyakitimu, Elora.” Aku ulurkan sebelah tangan kepada gadis kecil tersebut. “Kau pasti ketakutan di sini. Ayo ikut aku sebentar!”
          Ia menggeleng kuat. “Tidak! Aku tidak kenal Kakak!” katanya di sela isak tangis.
          Tiba-tiba entakan kaki terdengar berjalan mendekat. Aku menjadi gamam. Tanpa berpikir lama, aku tarik gadis kecil itu untuk bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Tak berselang lama, pria tadi masuk dan langsung meneriakkan nama Elora. Aku menoleh kepada gadis itu dan menempelkan telunjuk di bibir, sebagai tanda agar ia tidak mengeluarkan suara.
          Aku lihat kaki pria itu berjalan mendekati tempat tidur. Perlahan, ia menekuk kedua lutut dan berjongkok, kemudian tangannya bertumpu di lantai. Geraknya seperti hendak mengintip ke bawah kolong. Bulir-bulir keringat muncul di dahiku, lalu menetes satu demi satu. Pria itu makin mengelukkan punggung, tetapi mendadak telepon rumah berbunyi sehingga ia kembali berdiri. Butuh beberapa detik sampai ia beranjak pergi.