Blurb:

         “Kenapa ragu?” Ibu berusaha duduk, walau tubuhnya gemetar. “Ini mimpimu. Kau harus ke sana.”
        “Tapi, Ibu ….”
          Ibu tersenyum, seperti selalu. “Aku akan baik-baik saja. Kau tahu, Laila, mimpi itu seperti bintang. Kalau kau hanya memandangnya dari jauh, kau akan menyesal seumur hidup. Pergi dan raihlah!”
          Kata-kata Ibu terdengar sederhana, tetapi bagi Laila, kata-kata itu menusuk seperti belati. Bagaimana mungkin ia meninggalkan Ibu yang sedang berjuang melawan kanker?
          Malam itu, Laila tak bisa tidur. Di mejanya, ia menulis surat. Surat untuk Ibu. Surat yang tak pernah ia tulis sebelumnya—meski sejujurnya itu untuk dirinya sendiri.